Ketika si Miskin Sakit di Negeri yang Sakit

Written By Edy Abujamil on Selasa, 06 Mei 2014 | 06.05

13967757732128450170
 
Sumenep- Lihat Wajahnya, matanya terlihat cekung tatapannya kosong. Lihat badannya, hanya tinggal daging pembungkus tulang. Tak ada lagi sisa senyum di wajahnya, yang ada hanya rintihan kesedihan dan kepasrahan. Dialah Juma’asi warga Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep pemegang “Kartu Perlindungan Sosial” . Tubuhnya terbaring lemah tak berdaya akibat penyakit komplikasi yang di deritanya. Penyakit yang menggerogotinya selama bertahun-tahun telah membuat segalanya menjadi kelabu. Juma’asi sempat dirawat selama 4 hari di RSUD Dr.Moh. Anwar Sumenep. Juma’asi menderita Gagal Ginjal, Kencing Manis, dan entah apalagi, yang jelas dokter RSUD Moh. Anwar mengatakan bahwa penyakit wanita miskin ini komplikasi dan sudah kronis. Pihak RSUD Sumenep sudah menyarankan agar Juma’asi dirujuk ke Surabaya untuk menjalani cuci darah. Namun apa daya pihak keluarga terpaksa membawa pulang karena alasan ketidak tahuan dan alasan ekonomi. Saat ini, dirumah kecil dan kamar yang sempit keluarga ini hanya bisa pasrah dan menunggu detik-detik Sang Malaikat maut menjemput Juma’asi.
“Apa yang bisa kami lakukan..??, kami hanya bisa pasrah” begitu ungkap Bahrabi, suami Juma’asi yang sejak lama juga menderita penyakit lumpuh. Sejak beberapa tahun yang lalu kehidupan keluarga ini memang sungguh memilukan.
Sebelum Juma’asi menderita sakit, suaminya sudah menderita kelumpuhan. Suaminya berjalan menggunakan tongkat dan seringkali terjatuh. Pasangan ini dikaruniai delapan orang anak. Enam anak sudah berkeluarga, tinggal dua anak lelaki dan seorang anak perempuannya yang baru saja bercerai dengan suaminya. Namun mereka juga tidak punya pekerjaan tetap, hanya ketika musim kemarau mereka bekerja menggarap lahan garam milik orang lain. Sementara ketika musim penghujan mereka tidak bekerja. Praktis beban hidup keluarga ini sangat berat, untuk makan saja mereka mengandalkan dan menunggu pemberian anak-anak mereka yang sudah berkeluarga. Sementara anak-anak mereka yang berkeluarga juga bekerja seadanya hanya cukup untuk makan saja.
“Sejujurnya, untuk makan saja kami merasa malu pada menantu kami” ujar Bahrabi sambil matanya berkaca-kaca, “Sekarang ini nasib istri saya sudah sepenuhnya saya serahkan kepada Tuhan,Sirin Allah Tulung Allah (semua dipasrahkan kepada Allah)
Bahrabi juga mengungkapkan bahwa selama istrinya sakit sebetulnya membutuhkan minimal 4 popok dalam sehari. Harga satu popok Rp.3.000 yang berarti dalam sehari minimal butuh Rp.12.000, namun kerena tak memiliki apapun hal itu hanya dilakukan selama beberapa hari sejak istrinya tak bisa beranjak dari tempat tidur. Saat ini keluarga mengganti popok Juma’asi dengan kain bekas. Dan ini menyebabkan kamar tempat ia berbaring dipenuhi dengan aroma yang kurang sedap.
13967759501609342836
Disisi lain yang tak kalah mengenaskan adalah nasib Bahrabi, Suami Juma’asi ini tidak berani makan dan minum sesuka hati, dia harus rela menahan lapar dan haus, karena takut jika banyak makan dan minum dia akan sering ke kamar kecil. Dan sekedar tambahan informasi keluarga ini tidak memiliki WC dirumahnya. Sehingga untuk buang air besar Bahrabi harus berjalan sejauh + 100 meter dari rumahnya untuk mencapai WC sungai sambil berjalan menggunakan tongkat dan sesekali terjatuh.
Bahrabi dan istrinya tetap berharap semoga Tuhan memberi keajaiban dan orang atau pihak yang peduli akan nasib mereka.Sungguh memilukan dan menyayat hati nasib keluarga ini, kemana lagi mereka mengadu.
Kisah sedih Juma’asi mungkin hanya satu dari beberapa kisah di negeri ini. Negeri ini konon kaya dengan sumberdaya alam, tapi mengapa rakyatnya sengsara, dimana pemimpin mereka..??? dimana wakil mereka..??? . Negeri ini memang besar, negeri ini memang kaya, namun negeri dan pemimpin negeri ini juga sedang sakit.

Ditulis Oleh : Edy Abujamil ~Pinggirpapas Tercinta

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul Ketika si Miskin Sakit di Negeri yang Sakit yang ditulis oleh Pinggirpapas Tercinta yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 06.05

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.